Peta Sebaran dan Kemunculan Kasus Virus Influenza A H9N2 di Indonesia

Peta Sebaran dan Kemunculan Kasus Virus Influenza A H9N2 di Indonesia

Meskipun laporan resmi infeksi Virus Influenza A H9N2 pada unggas di Indonesia baru mencuat pada akhir tahun 2016, penelitian telah berusaha melacak kapan virus ini sebenarnya mulai beredar di peternakan kita. Studi yang dilakukan pada isolat yang dikumpulkan selama periode 2011 hingga 2018 memberikan gambaran yang lebih detail tentang kemunculan virus ini. Memahami sebaran kasus secara kronologis sangat penting untuk mengidentifikasi pintu masuk virus dan mengembangkan strategi pertahanan yang efektif di seluruh Indonesia.

Metode Pengumpulan Swab Trachea dan Kloaka

Penelitian ini mengumpulkan sampel dalam jumlah yang sangat besar 2.949 isolat. Sampel-sampel ini, berupa Swab Trachea (untuk mendeteksi virus di sistem pernapasan) dan swab kloaka (untuk mendeteksi virus di saluran pencernaan dan feses), berasal dari berbagai wilayah Indonesia. Pengumpulan sampel dari beragam lokasi membantu menciptakan ‘peta’ awal tentang di mana Virus Influenza A H9N2 kemungkinan telah beredar. Dengan menggunakan sampel yang dikumpulkan secara bertahap selama bertahun-tahun (2011-2018), para peneliti dapat melihat perubahan frekuensi dan lokasi kasus.

Hasil Uji Antisera: Kemunculan Kasus yang Terlewat

Setelah sampel diolah, pengujian menggunakan uji HA dan uji HI Antisera spesifik subtipe H9 dilakukan. Penggunaan Antisera (serum yang mengandung antibodi) memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi sampel yang positif mengandung virus H9. Data hasil pengujian menunjukkan adanya temuan positif sebagai berikut:

  • Tahun 2011: 3 sampel positif.
  • Tahun 2016: 28 sampel positif (lonjakan kasus).
  • Tahun 2017: 12 sampel positif.
  • Tahun 2018: 2 sampel positif.

Temuan positif pada tahun 2011 sangat penting karena mengindikasikan bahwa Virus Influenza A H9N2 kemungkinan sudah ada di Indonesia lima tahun sebelum laporan 2016 muncul ke permukaan.

Memetakan Sebaran Kasus di Indonesia

Meskipun artikel sumber tidak merinci lokasi geografis tiap sampel, lonjakan kasus yang terdeteksi pada tahun 2016 menunjukkan bahwa virus telah mulai menyebar secara signifikan dan menyebabkan dampak yang lebih jelas pada peternakan unggas. Pemetaan sebaran kasus ini berfungsi sebagai pengingat bahwa Virus Influenza A H9N2 adalah penyakit enzootik (selalu ada) di Indonesia, dan upaya pengawasan harus terus-menerus dilakukan. Identifikasi kasus-kasus awal melalui isolat yang tersimpan adalah aset berharga untuk memahami sejarah alami virus dan menginformasikan kebijakan pengendalian penyakit di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *